Jumat, 05 April 2019

Syubhat : Kosa Kata Asing (Non Arab) dalam Al Quran



BENTUK SYUBHAT: Kenapa dalam al Quran dikatakan “dengan bahasa Arab yang jelas” (QS asy Syu’ara`: 195) ? Padahal di dalam al Quran ada kata-kata yang berasal dari bahasa Persia,  Asyuria, Suryani, Ibrani, Yunani, Mesir (Qibti), Habsyah, dan lainnya. Itu menunjukkan bahwa klaim “dengan bahasa Arab yang jelas” salah.


BANTAHAN TERHADAP SYUBHAT

Sama sekali tidak ada kalimat dalam al Quran yang menggunakan tata bahasa non-Arab. Semua ulama sepakat akan hal ini.

Adapun adanya beberapa kosa kata asing dalam al Quran adalah suatu hal yang diakui oleh para ulama terdahulu dan sekarang, kecuali ada sebagian ulama yang mengingkarinya seperti Imam Syafii.

1. Bukan Berarti Tidak Orisinal
Di antara kosa kata dalam al Quran yang disebut-sebut berasal dari bahasa asing adalah:
- Kata أَبَارِيْقُ (QS al Waqi’ah: 18, jamak dari kata إِبْرِيْقٌ. Artinya: tempat air / cerek) dari bahasa Persia
- Kata الْجِبْت (QS an Nisa`: 51) dari bahasa Habsyah, artinya setan atau tukang sihir
- Kata الصِّرَاط (QS al Fatihah: 6) dari bahasa Romawi, artinya jalan.
Imam Suyuthi bahkan sampai menyusun kitab berisi kata-kata dalam al Quran yang disebut-sebut berasal dari bahasa asing, dengan judul al Muhadzdzab fi ma Waqa’ fi al Qur`ân min al Mu’arrab.

Adanya sebagian kosa kata asing yang masuk ke sebuah bahasa bukan berarti bahasa tersebut jadi tidak orisinal.
Sebuah koran Arab tidak disebut berbahasa Inggris atau berbahasa Perancis hanya sebagian kata dalam koran tersebut menukil istilah dari bahasa Inggris dan Perancis.

Selain itu, kata-kata asing yang dipakai dalam al Quran itu sudah diserap ke dalam Bahasa Arab dan umum dipakai bangsa Arab sebelum al Quran diturunkan.
Jadi, ada benarnya jika ulama brilian seperti Imam Syafii mengingkari secara mutlak adanya kosa kata asing dalam al Quran. Sebab, aneka kosa kata asing tersebut walau asalnya dari bahasa lain tetapi akhirnya telah menjadi ‘kosa kata bahasa Arab’ sebelum al Quran diturunkan.

Adapun terkait orang semisal Ibrahim, Ya’qub, Ishaq, dan (gelar) Fir’aun yang disebutkan dalam al Quran; tidak mungkin nama akan diterjemahkan. Sebab nanti bisa dikira bahwa nama asli dan nama terjemahannya itu merujuk pada dua orang yang berbeda.


3. Tidak Semua Kosa Kata yang Disebut ‘Asing’ itu Benar-benar Asing
Terkadang orang berlebihan ketika menyebut sebuah kosa kata yang ada dalam al Quran sebagai kosa kata asing (yang diserap ke dalam bahasa Arab). Misalnya kata: Zakâh (الزَّكَاةُ), Sakînah (السَّكِيْنَةُ), dan Allah (اللهُ).

Zakâh (الزَّكَاةُ, zakat) berasal dari kata زَكَا yang artinya suci. Sakînah (السَّكِيْنَةُ, ketenangan) berasal dari سَكَنَ yang artinya menempati. Berarti kedua istilah tersebut punya akar dalam bahasa Arab.

Kekeliruan yang paling fatal adalah klaim bahwa lafal Allah (اللهُ) diambil dari bahasa Ibrani (Hebrew) atau bahasa Suryani. Padahal lafal Allah hanya ada di bahasa Arab, sebelum diserap ke bahasa-bahasa lain.

Bahasa Ibrani menyebut El, Elohim, Adonai, serta Jehova atau Jehovah (atau transliterasi lain yang seperti keduanya).
Bahasa Yunani (Injil berbahasa Arab diterjemahkan dari yang berbahasa Yunani) menceritakan  bahwa Nabi ‘Isa (Yesus) memohon pertolongan “Eloi Eloi..” yang artinya: Tuhan-ku, Tuhan-ku..


Bahan Bacaan:
- Al Itqân fi ‘Ulûm al Qur`ân karya Suyuthi
- Makalah al Kalâm al A’jami karya ‘Abdul’azhim al Muth’ini.
Makalah ini bagian dari buku bantahan terhadap syubhat-syubhat seputar Islam, yang diterbitkan oleh Kementrian Wakaf Mesir, berjudul Haqâiq al Islâm fi Muwâjahah Syubhât al Musyakkikîn yang diawasi oleh Mahmud Hamdi Zaqzuq (Menteri Wakaf saat itu).

Ditulis oleh: tanacuma
Telegram: t.me/tanacuma
Blog: tanacuma.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar