BENTUK SYUBHAT: Kenapa dalam al Quran dikatakan “dengan bahasa Arab yang jelas” (QS asy Syu’ara`: 195) ? Padahal di dalam
al Quran ada kata-kata yang berasal dari bahasa Persia, Asyuria, Suryani, Ibrani, Yunani, Mesir
(Qibti), Habsyah, dan lainnya. Itu menunjukkan bahwa klaim “dengan bahasa Arab
yang jelas” salah.
BANTAHAN TERHADAP SYUBHAT
Sama sekali tidak ada kalimat dalam al Quran yang menggunakan
tata bahasa non-Arab. Semua ulama sepakat akan hal ini.
Adapun adanya beberapa kosa kata asing dalam al Quran
adalah suatu hal yang diakui oleh para ulama terdahulu dan sekarang, kecuali
ada sebagian ulama yang mengingkarinya seperti Imam Syafii.
1. Bukan Berarti Tidak Orisinal
Di antara kosa kata dalam al Quran yang disebut-sebut
berasal dari bahasa asing adalah:
- Kata أَبَارِيْقُ (QS al Waqi’ah:
18, jamak dari kata إِبْرِيْقٌ. Artinya: tempat
air / cerek) dari bahasa Persia
- Kata الْجِبْت (QS an
Nisa`: 51) dari bahasa Habsyah, artinya setan atau tukang sihir
- Kata الصِّرَاط (QS al
Fatihah: 6) dari bahasa Romawi, artinya jalan.
Imam Suyuthi bahkan sampai
menyusun kitab berisi kata-kata dalam al Quran yang disebut-sebut berasal dari
bahasa asing, dengan judul al Muhadzdzab fi ma Waqa’ fi al Qur`ân min al Mu’arrab.
Adanya sebagian kosa kata asing yang masuk ke sebuah bahasa
bukan berarti bahasa tersebut jadi tidak orisinal.
Sebuah koran Arab tidak disebut berbahasa Inggris atau
berbahasa Perancis hanya sebagian kata dalam koran tersebut menukil istilah
dari bahasa Inggris dan Perancis.
Selain itu, kata-kata asing yang dipakai dalam al Quran
itu sudah diserap ke dalam Bahasa Arab dan umum dipakai bangsa Arab sebelum al
Quran diturunkan.
Jadi, ada benarnya jika ulama brilian seperti Imam Syafii
mengingkari secara mutlak adanya kosa kata asing dalam al Quran. Sebab, aneka
kosa kata asing tersebut walau asalnya dari bahasa lain tetapi akhirnya telah menjadi
‘kosa kata bahasa Arab’ sebelum al Quran diturunkan.
Adapun terkait orang semisal Ibrahim, Ya’qub, Ishaq, dan
(gelar) Fir’aun yang disebutkan dalam al Quran; tidak mungkin nama akan
diterjemahkan. Sebab nanti bisa dikira bahwa nama asli dan nama terjemahannya
itu merujuk pada dua orang yang berbeda.
3. Tidak Semua Kosa Kata yang Disebut ‘Asing’ itu
Benar-benar Asing
Terkadang orang berlebihan ketika menyebut sebuah kosa
kata yang ada dalam al Quran sebagai kosa kata asing (yang diserap ke dalam
bahasa Arab). Misalnya kata: Zakâh (الزَّكَاةُ), Sakînah (السَّكِيْنَةُ), dan Allah (اللهُ).
Zakâh (الزَّكَاةُ, zakat)
berasal dari kata زَكَا yang
artinya suci. Sakînah (السَّكِيْنَةُ,
ketenangan) berasal dari سَكَنَ yang
artinya menempati. Berarti kedua istilah tersebut punya akar dalam bahasa Arab.
Kekeliruan yang paling fatal
adalah klaim bahwa lafal Allah (اللهُ) diambil
dari bahasa Ibrani (Hebrew) atau bahasa Suryani. Padahal lafal Allah hanya ada
di bahasa Arab, sebelum diserap ke bahasa-bahasa lain.
Bahasa Ibrani menyebut El, Elohim,
Adonai, serta Jehova atau Jehovah (atau transliterasi lain yang seperti
keduanya).
Bahasa Yunani (Injil berbahasa
Arab diterjemahkan dari yang berbahasa Yunani) menceritakan bahwa Nabi ‘Isa (Yesus) memohon pertolongan
“Eloi Eloi..” yang artinya: Tuhan-ku, Tuhan-ku..
Bahan Bacaan:
- Al Itqân fi ‘Ulûm al Qur`ân karya Suyuthi
- Makalah al Kalâm al A’jami karya ‘Abdul’azhim al Muth’ini.
Makalah ini bagian dari buku
bantahan terhadap syubhat-syubhat seputar Islam, yang diterbitkan oleh
Kementrian Wakaf Mesir, berjudul Haqâiq al Islâm fi Muwâjahah Syubhât
al Musyakkikîn yang diawasi oleh Mahmud Hamdi Zaqzuq (Menteri Wakaf saat itu).
Ditulis oleh: tanacuma
Blog: tanacuma.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar