Kamis, 13 Desember 2018

Kenapa Allah Menyebut DiriNya ‘Kami’?


Nomor                  : 606
Judul Asli        : Makna Penggunaan Kata Ganti ‘Kami’ (نَحْنُ) di Dalam al Quran

Pertanyaan:
Mengapa al Quran menggunakan lafal ‘Kami’ dalam banyak ayat? Banyak orang non muslim yang mengatakan bahwa itu mengisyaratkan tentang Nabi Isa?


Jawaban:
“Di antara gaya bahasa Arab adalah seseorang menyebut dirinya dengan: (1) kata ganti ‘kami’ untuk mengagungkan (diri sendiri), (2) kata ganti untuk orang pertama seperti ‘saya’, dan (3) kata ganti orang ketiga seperti ‘dia’.
Ketiga gaya bahasa itu terdapat dalam al Quran, Allah berfirman kepada bangsa Arab dengan bahasa mereka (kemudian firman -al Quran juga untuk semua manusia, pent.)” (Fatâwa al Lajnah ad Dâimah 4/143).


“Allah Subhanahu wa Ta’ala kadang menyebut diriNya dengan lafal tunggal baik dengan nama ataupun kata ganti (misalnya: ‘Allah’ dan ‘Aku’).
Kadang juga dengan lafal jamak seperti pada firmanNya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata (QS al Fath: 1) dan yang semisalnya. Karena lafal jamak menunjukkan keagungan yang layak untukNya. Dan sering kali menunjukkan makna-makna nama-namaNya.
Adapun kalau dengan lafal ganda (mutsanna, menunjukkan makna dua), Dia Maha Suci dari hal itu” (al ‘Aqîdah at Tadmuriyyah karya Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah hal. 75).

Lafal ‘Sesungguhnya Kami’ (إِنَّا), ‘Kami’ (نَحْنُ), dan lafal jamak lainnya terkadang dipakai seseorang untuk mewakili kelompoknya. Kadang juga dipakai oleh seseorang yang agung seperti yang dilakukan sebagian raja ketika menerbitkan keputusan mengatakan ‘Kami’, ‘Kami telah memutuskan, dan sejenisnya padahal yang mengatakan hanya satu orang. Ini dipakai untuk mengagungkan (diri sendiri).

Dan yang paling berhak untuk diagungkan adalah Allah ‘Azza wa Jalla. Jika Allah berfirman dalam KitabNya ‘Sesungguhnya Kami’ dan ‘Kami’ itu adalah untuk mengagungkan (diriNya) bukan untuk menunjukkan banyak.

Seandainya ayat yang seperti itu (menggunakan kata ganti ‘Kami’ untuk Allah, pent.) dan seseorang kebingungan maka wajib baginya merujuk tafsirnya ke ayat-ayat yang muhkam (pasti).


Jika seorang Nasrani misalnya berpegang dengan ayat Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan adz Dzikr (Al Qur'an) (QS al Hijr: 9) dan ayat semisalnya untuk mengatakan bahwa tuhan itu berbilang, kita bantah bahwa dengan ayat-ayat yang muhkam seperti Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (QS al Baqarah: 163), Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa (QS al Ikhlash: 1), dan semisalnya yang hanya punya satu kemungkinan makna. Dengan demikian sudah tidak ada lagi kebingungan bagi orang yang memang mencari kebenaran.

Semua lafal jamak yang Allah pakai untuk menyebut diriNya didasarkan atas keagungan Allah, banyaknya nama dan sifat Allah, dan banyaknya jumlah malaikatNya. Silahkan lihat kitab al ‘Aqîdah at Tadmuriyyah karya Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah hal. 109.

Wallahu A’lam.

Dijawab oleh: Syaikh Muhammad Shalih al Munajjid
Sumber: islamqa.info

Diterjemahkan oleh: tanacuma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar