Kaidah Fikih secara garis besar dibentuk dari dua referensi saja, yaitu:
A.
Nash (al Quran-Sunnah ,Sahabat-Tabi’in, dan Ulama)
B.
Istidlal (Ishtishhab, Qiyas, Penalaran Akal, dan Tarjih antara hal-hal bertentangan).
A. NASH
Yang dimaksud dengan nash di sini adalah segala
bentuk teks, tidak melulu nash al Quran dan Sunnah. Ada tiga jenis nash sumber Kaidah
Fikih, yaitu: nash al Quran dan Sunnah, Sahabat dan Tabi’in, serta
Ulama.
Ulama.
1.
Nash al Quran dan Sunnah
Ada 3 keadaan dimana al Quran dan Sunnah jadi sumber
Kaidah Fikih, yaitu:
a. Teks Nash jadi Teks Kaidah
Fikih, contoh:
- لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ “Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan”
- الْبَيِّنَةُ
عَلَى الْمُدَّعِيْ وَالْيَمِيْنُ عَلَى مَنْ أَنْكَرَ “Bukti atas yang menuduh, dan sumpah atas
yang ingkar (tertuduh)”.
Kedua contoh di atas adalah
Kaidah Fikih yang teksnya sama persis dengan hadits.
b. Teks Nash jadi sandaran
(inspirasi) Teks KaidahFikih, contoh:
- الْأُمُوْرُ
بِمَقَاصِدِهَا “Segala perkara tergantung tujuannya”
Kaidah tersebut bersandar
pada hadits “Segala amal tergantung pada niat” (HSR Bukhari dan Muslim).
c. Kumpulan Teks Nash jadi sandaran
Teks Kaidah Fikih, contoh:
- الضَّرَرُ
يُزَالُ “Bahaya harus dihilangkan”
Kaidah ini di
antaranya bersumberd ari QS al Baqarah: 231, 233, dan 282, serta QS ath Thalaq:
6, dan hadits “Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan”
2. Nash Sahabat & Tabi’in
Contohnya adalah ucapan:
- ‘Umar bin Khattab: مَقَاطِعُ
الْحُقُوْقِ عِنْدَ الشُّرُوْطِ “Putusnya hak jika terpenuhi syaratnya”
- Syuraih bin Harits
al Kindi: “Barangsiapa mensyaratkan sesuatu atas dirinya sendiri, dengan sukarela
tanpa terpaksa, maka syaratnya wajib ia penuhi”
3. Nash Ulama Mujtahid
Contohnya adalah ucapan
Imam:
- Malik: “Semua yang
tidak merusak baju berarti tidak merusak air”
- Syafi’i: “Jika sesuatus
empit, iaj adi luas”.
B.
Istidlal
Di antara bentuk istidlal
(pendalilan) adalah: Ishtishhab, Qiyas, Penalaran
Akal, dan Tarjih antara hal-hal yang bertentangan.
1. Istish-hâb
Maksudnya adalah memberlakukan
suatu hal seperti sedia kala karena tidak ada perubahan. Contoh Kaidah Fikih
yang didasarkan pada Istish-hab adalah:
- Hukuma salnya adalah
tetapnya sesuatu seperti dulunya (الْأَصْلُ بَقَاءُ مَا كَانَ عَلَى مَا كَانَ)
- Hukum asalnya
adalah menisbatkan sesuatu pada waktu terdekatnya
2. Qiyas
Ternyata para ulama tidak
hanya menyimpulkan hukum berdasarkan Qiyas, tetapi juga menyimpulkan Kaidah Fikih
berdasarkan Qiyas. Di antara Kaidah Fikih yang dasarnya Qiyas adalah:
- الْكِتَابُ
كَالْخِطَابِ “Tulisan seperti ucapan”
- كُلُّ
عُضْوٍ حَرُمَ نَظَرُهُ حَرُمَ مَسُّهُ “Setiap anggota badan yang haram dilihat,
berarti haram disentuh”
3. Penalaran Akal
Contoh:
- الْجَوَازُ
الشَّرْعِيُّ يُنَافِي الضَّمَانَ “Kebolehan secara syar’i menafikan (keharusan) ganti rugi”
- إِذَا
سَقَطَ الْأَصْلُ سَقَطَ الْفَرْعُ “Jika ‘pokok’ gugur, gugur pula ‘cabang’nya”
4. Tarjih Antara Hal-hal yang
Bertentangan (Bertabrakan)
Contoh:
- “Jika larangan bertentangan
dengan kehalalan, larangan didahulukan”
- “Jika haram dan wajib
bertentangan, wajib didahulukan”
- “Jika sesuatu yang
‘melarang’ bertentangan dengan yang ‘menuntut’, yang melarang didahulukan”.
BahanBacaan:
Al Mufassal fi al
Qawâ’id al Fiqhiyyah karyaYa’qub
bin ‘Abdulwahhab al Bahusain hal.97-117.
Dikembangkan terus Tadz, insyaalloh suatu saat akan menuju website: tanacuma.com
BalasHapushttps://ppkgarum.blogspot.co.id/
Amin... terimakasih dukungannya...
Hapus