Jika kita baca sejarah para sahabat secara umum maupun
biografi sebagian personel mereka secara khusus, kita akan menyimpulkan bahwa
generasi sahabat adalah Generasi yang Unik. Generasi yang takkan disamai
kualitasnya oleh generasi mana pun hingga kiamat. Sebuah generasi yang pernah
dipersaksikan oleh Rasulullah ﷺ dengan sabda beliau: “Manusia
terbaik adalah generasi yang hidup di masaku, kemudian generasi setelahnya,
kemudian generasi setelahnya lagi” (HSR Bukhari).
Setelah generasi sahabat mungkin ada individu-individu
dengan kualitas yang setara sahabat. Tetapi keberadaan puluhan orang dengan
kualifikasi tersebut di sebuah generasi hanyalah ada di masa para sahabat.
Pertanyaannya, kenapa mereka bisa begitu? Apakah mereka
menjadi generasi yang luar biasa itu hanya karena Rasulullah ﷺ pernah hidup di tengah mereka?
Jika keberadaan beliau adalah syarat mutlak suksesnya
dakwah, maka Islam dan dakwahnya takkan dijadikan sebagai ajaran buat seluruh
manusia. Kalau begitu, rahasianya di mana?
Pertama, Mereka Hanya Belajar dari al-Quran dan Sunnah
Di Jazirah Arab kita kenal ada orang-orang Yahudi dan
Nasrani. Di sebelah utara dan timur Jazirah Arab ada Romawi dan Persia. Agak
jauh lagi ada peradaban Yunani, lebih jauh lagi ada peradaban India dan China.
Singkatnya, sebetulnya mereka tidak kekurangan referensi.
Mereka dididik Rasulullah ﷺ hanya dengan al-Quran kemudian
dengan hadits, karena hanya dengan begitu mereka dapat menjadi generasi
terbaik.
Coba Anda lihat apa yang terjadi saat sebagian umat Islam
menyusun konsep kehidupan mereka dengan selain al-Quran dan sunnah?
Kedua, Mereka Belajar Bukan Sekedar Untuk Pintar
Mereka belajar bukan untuk sekedar menambah bobot ilmu
dan wawasan. Bukan untuk gaya-gayaan apalagi meniatkan mencari nafkah dengan
hasil belajar tersebut.
Mereka mempelajari al-Quran dan sunnah dalam rangka
menerima perintah dan larangan dari Allah, untuk mereka terjemahkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Mereka belajar dari Rasulullah ﷺ untuk
mengaplikasikan seluruh ajaran beliau di kehidupan mereka.
Dari sini kita paham bahwa musuh Islam tidak khawatir
dengan para ustadz, kyai, ulama, profesor bidang kajian Islam karena
pengetahuan mereka. Musuh Islam akan khawatir hanya kalau mereka tadi itu sudah
berusaha menerapkan dan mengajarkan pengetahuan mereka dalam kehidupan
sehari-hari.
Ketiga, Masuk Islam = Tinggalkan Seluruh Kejahiliyyahan
Ketika para sahabat memutuskan untuk masuk Islam, ada
garis yang menegaskan perbedaan pola hidup mereka antara sebelum dengan setelah
masuk Islam. Mereka tinggalkan apapun yang masih terkait dengan jahiliyyah,
karena mereka tahu Islam lebih baik dari unsur jahiliyyah yang mana pun.
Mereka tahu bahwa bila seseorang meninggalkan sesuatu
karena Allah, pasti akan Allah ganti dengan yang lebih baik buatnya.
Itulah tiga kualitas generasi para sahabat. Merasa masih
sangat jauh dari ketiga kualitas tersebut? Kalau Anda menjawab iya, berarti
sama dengan saya. Justru karena merasa harus membut nasehat tertulis buat diri
sendiri, saya menulis ini.
Semoga Allah memberi kemudahan buat kita…
Bahan Bacaan:
- Ma’âlim fi ath-Tharîq karya Sayyid Quthb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar