Ada dua jenis utama awal penulisan buku nahwu (setelah
mukadimah):
Pertama: Mulai dengan Kalâm / Jumlah Mufîdah
(Kalimat Sempurna)
Misalnya:
1. Alfiyyah Ibnu Mâlik dimulai dengan:
كَلَامُنَا
لَفْظٌ مُفِيْدٌ كَاسْتَقَمْ
“Kalam kita adalah lafal mufîd,
seperti اسْتَقِمْ (berdirilah)”, maksudnya: اسْتَقِمْ أَنْتَ (berdirilah kamu)
2. Muqaddimah Ajurrûmiyyah
dimulai dengan:
الْكَلَامُ
هُوَ اللَّفْظُ الْمُرَكَّبُ الْمُفِيْدُ بِالْوَضْعِ
3. Nahw Wâdlih
dimulai dengan bab الْجُمْلَةُ
الْمُفِيْدَةُ (kalimat
sempurna).
Alasan mereka adalah karena
tujuan hakiki mempelajari ilmu nahwu adalah: supaya kita mampu memahami jumlah
mufidah / kalam.
Kedua: Mulai dengan Kalimah (Kata)
Misalnya Ibnu Hisyam yang dalam Qathr
an-Nada wa Ball ash-Shada dan Syudzûr adz-Dzahab mi Kalâm al-‘Arab
mulai dengan:
الْكَلِمَةُ
قَوْلٌ مُفْرَدٌ
“Kalimah (kata) adalah qawl
mufrad”.
Alasan mereka adalah: karena kita
tidak bisa memahami jumlah mufidah / kalam (kalimat sempurna) tanpa mengerti
bagian-bagian (kalimah).
Sebagian penulis buku nahwu
bahkan ada yang mulai dari menerangkan bagian-bagian kalimah, yaitu huruf.
Seperti yang dilakukan oleh Prof. Hasan ‘Abbas dalam an-Nahw al-Wâfi.
Nampaknya, alasan beliau adalah:
karena kita takkan memahami kalimah (kata) tanpa mengerti huruf.
Bahan Bacaan:
- Alfiyyah Ibn Mâlik karya
Ibnu Malik
- Al-Muqaddimah
al-Âjurrûmiyyah karya Ibnu Ajurrum
- An-Nahw al-Wâdlih
karya
- Qathr an-Nada wa Ball
ash-Shada karya Ibnu Hisyam al-Anshari
- Syudzûr adz-Dzahab min Kalâm
al-‘Arab karya Ibnu Hisyam al-Anshari
- An-Nahw al-Wâfi
karya Hasan ‘Abbas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar