DEFINISI AKIDAH
‘Aqîdah (الْعَقِيْدَةُ, selanjutnya ditulis akidah)
secara bahasa berasal dari kata ‘aqd (الْعَقْدُ) yang artinya ikatan. Dan akidah
artinya sesuatu yang dianut oleh seseorang.
Secara istilah, akidah dapat didefinisikan
sebagai:
1. Hal-hal yang wajib diyakini
oleh hati tanpa ada keraguan
2. Iman kepada Allah, para
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan kepada takdir
yang baik maupun buruk. Dengan kata lain: mempercayai dengan pasti enam rukun
iman
3. Iman kepada enam rukun iman
beserta seluruh poin-poin akidah yang benar semisal tanda kiamat dan alam
kubur.
Tidak ada perbedaan dalam ketiga
definisi di atas. Karena hal-hal yang wajib diyakini adalah enam rukun enam,
ditambah dengan cabang-cabangnya seperti iman kepada tanda-tanda kiamat dan
alam kubur yang merupakan cabang iman kepada hari akhir.
Terkadang, akidah diartikan
menurut arti bahasanya yaitu keyakinan (yang dianut seseorang). Misalnya dalam
pernyataan: “Akidah Syiah adalah akidah yang rusak”, maksudnya: keyakinan yang
rusak.
ANTARA AKIDAH DENGAN IMAN
Iman secara bahasa artinya
membenarkan (mengakui kebenarannya). Sedangkan secara istilah artinya meyakini
dalam hati (akidah), menyatakan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota
badan.
Dari sini kita paham bahwa akidah
tidak lain adalah salah satu dari tiga bagian iman.
Namun yang perlu diingat, dalam
ILMU AKIDAH dibahas banyak hal yang berkaitan dengan lisan maupun perbuatan. Di
antaranya: perbuatan dan perkataan yang membatalkan keimanan, kewajiban
meniatkan seluruh amal ibadah kepada Allah, al-Walâ` wa al-Bara`, dan
lainnya.
PENTINGNYA ILMU AKIDAH, di
antaranya:
1. Akidah adalah kewajiban
pertama seseorang. Rasulullah ﷺ bersabda: “Aku diperintahkan
memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan
bahwa aku adalah utusan Allah..” (HSR Bukhari no. 25)
Dalam hadits di atas memang tidak
disebutkan tentang para malaikat, kitab-kitab, dll karena di antara konsekuensi
dua kalimat syahadat adalah meyakini seluruh ajaran beliau termasuk keyakinan
terhadap para malaikat dll.
2. Akidah adalah salah syarat
diterimanya amal perbuatan baik, selain disyaratkan harus benar sesuai dengan
yang diajarkan Rasulullah ﷺ
Dalam hadits tentang
Iman-Islam-Ihsan diceritakan tentang sekelompok orang yang mengingkari takdir,
lalu Ibnu ‘Umar radliallhu’anhuma bersumpah bahwa jika mereka menginfakkan emas
sebesar gunung uhud tidak akan diterima sampai mereka mengimani takdir (salah
satu rukun iman) (HSR Muslim no. 8)
3. Akidah yang benar menuntun
seseorang kepada tingkah laku yang lurus pula, yang pada akhirnya
mengantarkannya menuju surga
Dalam Sirah Nabawiyyah kita
pelajari bahwa Rasulullah ﷺ selama tiga belas tahun
berdakwah di Mekah memfokuskan dakwah pada akidah. Hasilnya? Generasi terbaik
umat ini, yang tidak akan pernah dapat ditiru generasi lainnya.
SUMBER ILMU AKIDAH
Sumber akidah adalah wahyu, dan
tidak ada penalaran dalam akidah. Oleh karena itu para salafus saleh dan
orang-orang yang mengikuti jejak mereka (baca: ahlussunnah waljamaah) hanya
membatasi akidah mereka pada al-Qur`an dan as-Sunnah, sehingga akidah mereka
sama dan mereka tidak berpecah belah.
KARYA TULIS ULAMA:
Para ulama ahlussunnah waljamaah
dari dulu hingga sekarang telah menghasilkan sekian banyak karya tulis tentang
akidah ahlussunnah waljamaah.
Karya tulis mereka dapat dibagi
menjadi tiga model:
1. Kitab yang membahas salah satu
tema ilmu akidah atau lebih. Misalnya adalah at-Tawhîd wa Itsbât
Shifât Allah ‘Azza wa Jall karya Ibnu Khuzaimah (w. 311 H, penulis Shahih
Ibn Khuzaymah)
2. Kitab yang berusaha membahas
seluruh tema ilmu akidah. Misalnya adalah Sharîh as-Sunnah dan at-Tabshîr
fi Ma’âlim ad-Dîn karya Ibnu Jarir ath-Thabari (w. 310 H, penulis Tafsîr
ath-Thabari)
3. Kitab yang berisi bantahan
terhadap ahlul bid’ah dan orang-orang kafir, serta seruan untuk menjauhi manhaj
mereka. Misalnya adalah ar-Radd ‘ala al-Jahmiyyah karya Ibnu Mandah (w.
395 H).
Dr. ‘Abdussalam b. Burjis dalam Târikh
Tadwîn al-‘Aqîdah as-Salafiyyah membahas tentang tiga ratus tiga puluh
empat kitab akidah ahlussunnah wal jamaah yang ditulis dari dulu hingga
sekarang. Tentu saja jumlah sebenarnya lebih dari yang beliau temukan.
Bahan Bacaan:
1. ‘Aqîdah at-Tawhîd karya
Shalih bin Fauzan al-Fauzan
2. Al-‘Aqîdah fi Allah
karya ‘Umar Sulaiman al-Asyqar
3. Al-‘Aqîdah al-Muyassarah
karya Mushthafa Baju
4. Târikh Tadwîn al-‘Aqîdah
as-Salafiyyah karya ‘Abdussalam bin Burjis
5. Tadwîn ‘Ilm al-‘Aqîdah
‘inda Ahl as-Sunnah wa al-Jamâ’ah karya Yusuf bin ‘Ali ath-Tharif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar